pancasila dan lambangnya com seratusinstitute.com
Sebagai masyarakat Indonesia sudah sepantasnya tahu tentang Pancasila dan lambangnya. Tetapi bagi Anda yang memang belum mengetahuinya, simak yuk penjelasannya pada artikel ini.
Sebagai warga negara Indonesia, kita pasti telah mengenal bahwa dasar negara kita yakni Pancasila. Sesuai dengan namanya, Pancasila terdiri dari lima sila dan masing-masing sila mempunyai lambang masing masing.
Mungkin bagi adik-adik atau anak-anak kecil ada sebagian diantara mereka yang belum memahami arti dari masing-masing lambang yang ada pada Pancasila yang menjadi lambang negara kita. Untuk itulah pada artikel kali ini, kami mau berbagi seputar pancasila dan lambangnya.
Baca Juga : Mengenang Sejarah! Inilah 10 Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia
Pancasila dan Lambangnya
Setiap sila pada Pancasila memiliki lambang yang berguna untuk mewakili isi setiap sila tersebut. Pancasila dan lambangnya menjadi penting untuk kita pelajari. Dikarenakan hal ini berkaitan dengan ideologi kita sebagai warga negara Indonesia yang diharuskan berpegang teguh kepada nilai-nilai luhur Pancasila.Berikut lambang-lambang yang terdapat pada pancasila :
- Lambang Sila pertama yaitu Bintang
- Lambang Sila kedua ialah Rantai
- Lambang Sila ketiga yakni Pohon Beringin
- Lambang Sila keempat merupakan Kepala Banteng
- Lambang Sila kelima yakni Padi dan Kapas
Arti Lambang-lambang Pancasila
Setelah kita mengetahui lambang-lambang pancasila, selanjutnya perlu diketahui juga arti dari setiap sila tersebut. Karena percuma saja jika kita hanya menghafal lambang-lambang pancasila tanpa mengetahui makna sejati dari setiap lambang tersebut.
Lambang Sila Pertama Adalah Bintang
Lambang ini mempunyai arti, yakni menerangi dan memberikan sinar bagi bangsa dan negara. Memberi sinar seperti Yang yang Ilahi Esa memberikan sinar terhadap hamba-Nya yang ada di muka bumi ini, maksudnya yakni supaya negara mencapai jalan yang benar.Bintang emas berkepala lima yang menyimbolkan lima agama-agama besar di Indonesia, ialah Islam, Hindu, Budha, Kristen dan Protestan.
Lambang Sila Kedua adalah Rantai
Rantai ini terdiri dari dua variasi, ialah rantai bulat yang melambangkan perempuan dan rantai persegi yang melambangkan laki-laki. Kedua ragam rantai hal yang demikian saling berhubungan, artinya tiap rakyat, bagus perempuan ataupun laki-laki untuk saling bersatu dan saling menolong supaya menjadi kuat seperti rantai.Lambang Sila Ketiga adalah Pohon Beringin
Pohon beringin identik dengan ukurannya yang besar, rantingnya luas sehingga bisa diaplikasikan untuk daerah berteduh. Kecuali itu, pohon beringin juga mempunyai akar tunggal panjang yang mendorong pohon menjadi besar dengan bertumbuh sungguh-sungguh dalam di tanah yang menandakan kesatuan Indonesia.Meski akar yang menggantung pada pohon beringin membuktikan sebagai negara kesatuan tetapi mempunyai beraneka akar kultur yang berbeda-beda.
Lambang Sila Keempat adalah Kepala Banteng
Banteng merupakan binatang yang menyukai bergerombol dan kepalanya tangguh. Kecuali itu, banteng juga termasuk hewan yang mempunyai jiwa sosial tinggi.Oleh sebab itu, sila keempat mempunyai lambang kepala banteng yang bermakna bahwa rakyat Indonesia dalam pengambilan keputusan mesti dilaksanakan dengan cara bersama-sama (musyawarah), gotong royong, dan kekeluargaan ialah poin-poin khas bangsa Indonesia.
Lambang Sila Kelima adalah Padi dan Kapas
Padi dan kapas. Keduanya yakni keperluan dasar manusia. Padi ialah makanan pokok rakyat Indonesia. Meski, kapas adalah bahan dasar dari baju dan baju ialah keperluan dasar sandang.Sehingga Padi dan kapas menandakan sandang dan pangan yang menjadi keperluan pokok tiap-tiap masyarakat Indonesia tanpa mengamati status ataupun kedudukannya. Hal ini menandakan persamaan sosial dimana tak adanya kesenjangan sosial satu dengan yang lainnya, tetapi bukan berarti bahwa Indonesia menerapkan ideologi komunis.
Sejarah Lambang Negara Indonesia
ilustrasi pancasila dan lambangnya via pkn4all.blogspot.com
Setelah pengakuan tentang kedaulatan bangsa Indonesia pada tahun 1949, bangsa Indonesia merasa perlu membuat sebuah lambang negara. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950 dibentuklah sebuah tim yang bertugas untuk merancang sebuah lambang negara Indonesia. Tim tersebut lebih dikenal dengan Tim Lencana Negara yang dikoordinatori oleh beberapa menteri negara Zoner Poto Folio, Sultan Hamid II, dan dipilihlah beberapa orang anggota yaitu: KI Hajar Dewantara (Ketua), M.A Pellaupesy, Mohammad Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka. Tim tersebut bertugas untuk mencari, membuat, dan menyeleksi usulan lambang negara untuk kemudian disetujui dan disahkan oleh pemerintah.
Sidang kabinet yang dilaksanakan pada bulan Januari 1950 yang mana memutuskan adanya sebuah sayembara membuat lambang negara yang diumumkan oleh menteri Priyono. Dari semua usulan lambang negara tersebut hanya ada dua saja yang terpilih, yaitu usulan dari Sultan Hamid II dan Mohammad Yamin. Kemudian dengan berbagai pertimbangan usulan dari Sultan Hamid II lah yang diterima, sedangkan usulan dari Moh Yamin ditolak karena terdapat simbol matahari yang dianggap menggambarkan negara Jepang bukan Indonesia.
ilustrasi pancasila dan lambangnya via buletininfo.com
Setelah mengalami beberapa tahap penyempurnaan dan beberapa masukan dari Presiden Soekarno, kemudian Drs. Mohammad Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai menteri dan termasuk Partai Masyumi, terciptalah bentuk Rajawali-Garuda Pancasila atau Garuda Pancasila. Garuda Pancasila resmi disahkan sebagai lambang negara Indonesia pada tanggal 11 Febuari 1950. Dan hanya sebulan setelah tercetusnya ide pembuatan lambang negara, Garuda Pancasila diperkenalkan pertama kali kepada masyarakat Indonesia di Hotel Des Indes, Jakarta pada tanggal 15 Febuari 1950.
Beberapa saat kemudian Presiden Soekarno menganggap gambar Garuda Pancasila masih mirip dengan lambang Eagle milik Amerika Serikat, kemudian beliau memerintahkan pelukis, Dullah untuk menyempurnakan lagi lambang tersebut. Beberapa perubahan terjadi dengan adanya penambahan jambul pada Garuda Pancasila dan terdapat kaki Garuda yang mencengkram sebuah pita, dimana sebelumnya di belakang dan kini mencengkram di depan.
Baca Juga : Mengenal Rumah Limas, Rumah Adat Sumatera Selatan yang Luas dan Bertingkat-Tingkat
No comments:
Post a Comment