Rahasia Tafsir Surah Al Hujurat Ayat 10, Hanya Untuk Orang yang Ingin Hidupnya Berkah

Posted by kabar terkini on


Al hujurat via mim.or.id

Apa makna dari surah al hujurat ayat 10? Setiap ayat yang terdapat didalam al-quran pasti memiliki makna dan maksud tersendiri, oleh sebab itu kita harus bisa memahaminya.

Quraish Shihab, 49/Al Hujurat Ayat 10: Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah bersaudara. Al Hujurat ayat 10 ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺇِﺧْﻮَﺓٌ ﻓَﺄَﺻْﻠِﺤُﻮﺍ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﺧَﻮَﻳْﻜُﻢْ ۚ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﺮْﺣَﻤُﻮﻥَ. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah, untuk lebih lanjjut dan lengkap simak penjelasannya dalam artikel ini).

Baca Juga : Bukan Cuma Arti, Ini Rahasia Dari Surat Al Qiyamah, Qur'an Surah 75

Surat al hujurat ayat 10, kali ini kami akan meneruskan membuat artikel tentang al quran per ayat, dan dalam artikel kali ini kami akan menjelaskan mengenai tafsiran makna dari surah al hujurat ayat 10. Ayat ini merupakan penegasan dari Allah dari kata:”Takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”, beginilah tafsiran surah al hujurat ayat 10 yang wajib Anda ketahui.

Tafsir Makna Surah Al Hujurat Ayat 10

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat“. (QS. Al-Hujurat : 10).

Ayat ini merupakan penegasan dari Allah dari kata:”Takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”, ini adalah penegasan bahwasanya barangsiapa yang takut kepada Allah maka ia akan dirahmati oleh Allah Subhanahu wata’ala, jadi Allah Subhanahu wata’ala menegaskan bahwasanya kita semua bersaudara tidak dibedakan dengan suku, ras, kulit, strata sosial,dll. Semua kita diikat oleh ukhuwah islamiyah.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pertama kali tiba di madinah beliau mendamaikan dan mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan kaum anshar dan kaum anshar juga berdamai diantara mereka walaupun sebelumnya mereka saling bertikai khususnya antara kabilah aus dan khasraj dan hal ini difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk“. (QS. Ali ‘Imran: 103).

Kisah yang masyur ketika dipersudarakannya Abdurahman bin Auf dari muhajirin dengan  Sa’ad ibn Rabi’ dari anshar sehingga Allah memuji kaum anshar didalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung“. (QS. Hasyr: 9).


Tafsiran via mitrakerjasmk.blogspot.com

Al Ishar adalah mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri walaupun ia butuh, dan ini terpuji dalam urusan dunia adapun dalam urusan akhirat tidak ada Ishar karena dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan“. (QS. Al-Baqarah: 148).

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

“dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba“. (QS. Al-Mutaffifin: 26)

Jangan karena Al Ishar kemudian menjadi zuhud, misalkan ketika peluang mendapatkan shaf terdepan dalam sholat kemudian saling mempersilahkan dan saling mendorong, atau justru mendahulukan orang tua, semestinya kita berlomba dengan yang lain untuk mengambil shaf terdepan karena ia adalah perkara akhirat bukan perkara dunia.

Sebab utama yang merusak persaudaraan dan persahabatan adalah dunia dimana seseorang saling bersaing dalam mengumpulkan harta, jabatan, tahta dll, sehingga saling hasad dan dengki antara yang satu dengan yang lain tatkala yang satu memiliki harta yang banyak dan yang satu miskin dan memiliki sifat hasad.

Adapun contoh yang diperlihatkan oleh Sa’ad ibn Rabi’ Radhiyallahu anhu ketika ia berkata:”Saya orang yang paling banyak hartanya dimadinah, jika engkau mau saya bagi 2 silahkan engkau ambil separuhnya dan saya separuhnya“, selanjutnya ia berkata lagi:”Saya memiliki 2 orang istri silahkan engkau melihat salah satu diantara keduanya yang mana engkau suka, saya akan ceraikan dan silahkan engkau menikahinya”, akan tetapi Abdurrahman menolak dan mendoakan Sa’ad ibn Rabi’ kemudian berkata:”Tunjukkan kepadaku mana jalan menuju ke pasar”, Abdurrahman bin Auf juga memilki Al Iffah.

Oleh karenanya sebagian orang dizaman sekarang ini seakan mengatakan sudah tidak ada lagi orang yang seperti Sa’ad ibn Rabi’ dan kita juga perlu untuk mengatakan:”Orang yang seperti Abdurrahman bin Auf juga sudah mulai berkurang”, banyak orang yang hanya mau menerima dan meminta tetapi pelit untuk memberi.

Walaupun semua manusia beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala akan tetapi mereka adalah manusia biasa dimana terkadang terjadi perselisihan diantara mereka dan ini bisa kita rasakan dalam kehidupan kita sehari – hari, ketika datang ke majelis ilmu bersama dengan teman dengan niat karena Allah akan tetapi terkadang terjadi perselisihan diantara kita dengan teman kita baik dikelas, dikantor. dll.

Ingatlah bahwasanya semangat ukhuwah harus lebih dominan dalam diri – diri kita dan inilah yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wata’ala, jangan sampai syaithan masuk untuk merusak ukhuwah diantara kita, oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam faham akan hal tersebut sehingga beliau tahu kadang terjadi perselisihan dikalangan orang yang beriman dan terkadang sulit mereka untuk melupakan pertikaian diantara mereka oleh sebab itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tenggang waktu hanya sampai 3 hari saja, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ، يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ

“Dari Abi Ayub Al-Anshariy, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:“Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam“.(HR. Muslim, Hadits No. 2560).


Makna via nu.or.id

Dalam hadist lain, “Dari Abu Khurasy As-Sulamiy Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Barangsiapa yang mendiamkan saudaranya selama 1 tahun, maka ia seakan-akan telah menumpahkan darahnya”. (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani).

Demikanlah Allah Subhanahu wata’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan hal yang merusak ukhuwah dan juga menyebutkan hal yang menjaga ukhuwah untuk kita mengetahuinya, mengikutinya dan menghindarinya, sebagaimana seorang penyair berkata:

“Saya mengetahui keburukan bukan untuk terjatuh kedalamnya akan tetapi untuk menghindari keburukan tersebut”.

Demikian penjelasan mengenai tafsiran surah al hujurat ayat 10, semoga bisa menambah keimanan kita terhadap Allah S.W.T. Serta semoga bermanfaat, terimakasih.

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment