Ini Lho Kebiasaan Buruk Emak-emak Saat Ngumpul Malah Mengundang Mudharat

Posted by kabar terkini on

Foto via emakgaoel.com
Dipikir pikir kok malah banyak mudharatnya ya daripada manfaatnya...

Bunda mau protes ta...?

Tujuan utama emak-emak kalau sudah berkumpul pastinya berbincang ria, membahas semuanya dari yang paling ujung hingga ujungnya lagi, tanpa sadar telah mengumpulkan sedikit demi sedikit dosa. 

Ketika bicara soal Ibu-ibu, maka kita bicara juga soal “kekuatan super” yang mereka miliki. Betapa tidak, dari mulai bangun tidur hingga kembali tidur, para ibu memiliki segudang rutinitas yang tak ada liburnya.

Dari memasak, mencuci, mengurus rumah, hingga menyiapkan kebutuhan anak-anak dan suaminya, belum lagi pekerjaan rangkapnya sebagai ahli keuangan, dan ahli kesehatan untuk keluarga.

Hal yang tak kalah penting lainnya adalah, para Ibu memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya untuk menjadi generasi peradaban yang berkualitas dan berakhlak mulia.

Namun tak bisa dipungkiri, banyak hal negatif yang bisa terjadi jika Ibu-ibu atau “Emak-emak” sudah berkumpul. Apa saja?

Baca juga : 7 Rahasia Suami yang Sangat Berat Untuk Diberitahukan Kepada Istri

Emak-emak atau para ibu memang sagat gemar berkumpul. Kegiatan yang biasa dilakukan sembari berkumpul biasanya berupa arisan, jual-beli, masak bersama dan masih banyak lagi. Namun kegiatan-kegiatan tersebut bukanlah tujuan utama.

Karena biasanya tujuan utama para emak-emak adalah untuk berbincang-bincang ria. Hal apa sajakah yang biasanya dibicarakan emak-emak saat berkumpul? Berikut ini hal-hal yang biasa dibicarakan, dan pandangan Islam mengenai hal tersebut.

1. Gosipin tetangga

Padahal gosip seperti ini jika yang dibicarakan adalah perihal aib atau hal-hal yang tidak disukai oleh tetangga kita jika itu tersebar, maka termasuk dalam ghibah.

Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ghibah adalah dzikruka akhoka bi maa yakroh.

Dan ingat gosip juga bisa jadi fitnah (berita yang tidak benar). Jadinya hancurlah kehormatan orang lain.

Lihatlah hadits berikut.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ». قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya,” (HR. Muslim, no. 2589).

Dalam Al Adzkar (hlm. 597),Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Ghibah adalah sesuatu yang amat jelek, namun tersebar di khalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit.

Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain.

Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya.

Cara ghibah bisa jadi melakui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.”

2. Curhat tentang keadaan suami masing-masing

Ada pasti yang menceritakan kebaikan suami dan ada yang menceritakan kejelekan suami.

Yang suami bisa ambil pelajaran bahwa ia baiknya jadi pendengar setia ketika istrinya ingin curhat atau menceritakan kejadian yang ia alami atau ia dengar walaupun mungkin ia tidak tertarik. Dengarkan saja, walau ada suami yang mendengar sampai ngantuk dan akhirnya tertidur.

Baca juga : Istri Bebas Pilih Masuk Surga Lewat Pintu Mana Saja Jika Memenuhi 4 Syarat ini

3. Gunjing tetangga karena hasad

Hasad adalah sekedar membenci nikmat yang ada pada orang lain itu hilang. Inilah yang jadi qoul (pendapat) dari Ibnu Taimiyah. Beliau menyatakan

الْحَسَدَ هُوَ الْبُغْضُ وَالْكَرَاهَةُ لِمَا يَرَاهُ مِنْ حُسْنِ حَالِ الْمَحْسُودِ

“Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad.” (Majmu’ Al-Fatawa, 10: 111).

Sedangkan menurut jumhur (mayoritas) ulama,

الحسد تمني زوال النعمة التي أنعم الله بها على المحسود ،

Hasad adalah menginginkan nikmat yang Allah beri pada orang lain hilang

Contoh, tetangga baru saja membeli mobil baru dari dealer. Terbetiklah dalam hati, walau tidak dinyatakan, “Hmmm, moga mobilnya cepat rusak.”

4. Membicarakan fashion, tas, gamis, sepatu, jam tangan, sampai pakaian dalam.

Obrolan ini bisa jadi di dunia nyata sampai pada dunia whatsappan.

Bahkan ada ibu-ibu yang join dengan group atau memfollow beberapa butik ternama, untuk sekedar update model gamis mana yang terbaru.

5. Kalau sudah ngaji atau ngerti agama, akan menceritakan problema dakwah pada keluarga.

Ada yang suami belum shalat, ada anak yang malas bangun shubuh, ada anak putri yang terlalu gaul dan tidak menjaga aurat.

Ini perlu strategi dakwah untuk menyelesaikan masalah di atas. Solusi paling utama: sebagai ibu terus belajar, nasihati terus keluarga, nasihati dengan santun, nasihati dengan tunjukkan akhlak kita yang mulia, nasihati dengan sabar.

Lima Hal ini, memang banyak dilakukan oleh ibu-ibu kebanyakan ketika mereka berkumpul. Jika kita termasuk orang yang sering melakukan salah satu atau semua hal di atas, semoga mulai sekarang kita berusaha untuk menjauhkan diri  dari hal-hal tersebut.

BIAR MAJELIS NGUMPUL JADI MANFAAT

1- Buat pengajian dengan mendatangkan ahli ilmu yang biasa mengkaji ilmu secara ilmiah, bukan ustadz pelawak atau sekedar ustadz tenar. Lebih-lebih kalau bisa mengkaji ilmunya secara ta’shilii, lebih berjenjang.

2- Kaji Al-Quran dan saling membetulkan bacaannya, bisa juga sampai menghafalkannya. Kan lumayan kalau ibu-ibu punya hafalan Quran dua atau tiga juz.

3- Kalau lagi ngumpul, saling ingatkan (muroja’ah dan mudzakarah) mengenai pelajaran yang pernah dikaji.

4- Kalau punya waktu luang banyak baca buku atau isi waktu lainnya dengan ibadab sehingga terjauhkan dari hal-hal yang sia-sia.

5- Manfaatkan gadget kita untuk hal yang manfaat, bergabung dengan group atau channel yang bermanfaat sehingga bisa mendapatkan ilmu dari ulama dan para ustadz.

6- Hindari majelis ghibah dan kumpul dengan orang-orang shalih karena sifat sahabat biasa menarik kita, sebagaimana kata pepatah Arab “ash-shohibu saahibun.” Kalau kita berteman dengan orang shalih dan semangat ibadah, maka kita juga akan ikut baik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Baca juga : Sedang Haid, Melaksanakan Akad Nikah, Sah Nggak Nikahnya?

NASIHAT UNTUK EMAK-EMAK

1- Banyak doakan untuk kebaikan diri, suami dan anak-anak.

2- Jadi istri yang taat pada suami, tunjukkan selalu akhlak yang mulia.

Dalam hadits disebutkan,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

وليس على المرأة بعد حق الله ورسوله أوجب من حق الزوج

“Tidak ada hak yang lebih wajib untuk ditunaikan seorang wanita –setelah hak Allah dan Rasul-Nya- daripada hak suami” (Majmu’ Al Fatawa, 32: 260)

3- Jadi istri yang taat ibadah dan rajin pula beribadah sunnah.

Moga Allah beri taufik dan hidayah.

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment